My Album Photo

tentang saya...

Foto saya
kediri, east java
seorang gadis remaja yang beranjak dewasa, yang mulai meraba-raba sebenarnya kalau udah gede mau jadi apa?? :> :s Ribet banget ya,.. so langsung aja yuk cekidot'in blog saya.. >_^


Perbedaan Manga dengan Manhwa

Manhwa adalah istilah / sebutan bagi komik atau kartun cetak maupun animasi dari Korea. Di luar Korea, Manhwa lebih dikenal sebagai komik buatan Korea Selatan.
Manhwa ukiran kayu pertama, 1908
Seni manhwa dipengaruhi oleh sejarah modern Korea, sehingga berbagai bentuk, genre maupun gaya penggambaran hampir mirip dengan manga yang saat itu banyak digemari.



 Ciri-ciri umum manhwa :
1.                   bentuk wajah dan mata yang besar
2.                   penggunaan metode screentone
3.                   cara baca dari kiri ke kanan
4.                   menggambarkan sifat dan karakter orang Korea pada umumnya
5.                   menampilkan kesan bunyi-bunyian dalam huruf hangul (pada manga juga terdapat kesan bunyi-bunyian seperti ini dalam huruf hiragana / katakana)
Menurut Christopher Hart, seorang pelukis dari Amerika Serikat yang menulis buku tentang cara menggambar manga dan manhwa, gaya penggambaran Korea cenderung lebih realistis daripada manga. Seperti pada penggambaran pola rambut dan garis wajah. Rambut karakter dalam manhwa terlihat lebih natural (alami) dibandingkan manga. Selain itu, penggambaran garis wajah pada manhwa terlihat lebih Asia daripada manga. Seperti kita tahu, kebanyakan manga menggambarkan karakter tokoh dengan wajah-wajah yang ‘cantik’.
Berikut ini adalah nama-nama penerbit dari Korea :
1.                   Topaz Agency Inc.
2.                   Daiwon C.I
3.                   Haksanpub
4.                   Seoul Culture Corporation
5.                   Shinwon Agency Corporation

Manhwa dan Manga

Candy Candy, Slam Dunk, One Piece, Naruto, Bleach, Detective Conan merupakan deretan komik yang sangat dikenal di kalangan pecinta komik di Indonesia bahkan di dunia. Bahkan sebagian dari komik tersebut ada yang di angkat ke dalam serial animasi TV/anime. Komik berasal dari Jepang, biasanya manga di Jepang mengisi majalah-majalah yang terbit mingguan (shonen Jump), tapi sekarang manga Jepang terbit dalam bentuk volume dimana setiap volume diletakkan dalam sebuah buku dengan kualitas gambar dan kertas yang baik.


Di Jepang, jenis manga sangat beragam, masing-masing memiliki content yang berbeda-beda sesuai dengan jenisnya, contoh : kodomo (manga anak-anak),Josei (wanita dewasa), Seinen ( Pria), Shojo (remaja putri) , Shonen(remaja lelaki). Selain itu ada juga jenis manga dewasa/ Hentai/Ecchi, antara lain Yaoi (gay), Yuri (Lesbian), Lolicon ( perempuan muda), Shota-con (lelaki muda).
Bicara manga secara tidak langsung kita akan terbawa ke Manhwa, yang merupakan nama lain komik di Korea. Bersamaan dengan mewabahnya Korea di dunia internasional, komik korea atau manhwa juga ikut bersinar. Manhwa memiliki beberapa perbedaan dengan manga Jepang, dari segi penyajian manhwa cenderung sangat kuat dalam penintaan(tebal dan kuat), unsur seni dalam gambar manhwa sangat bagus, namun banyak yang menyampaikan bahwa alur cerita manhwa cenderung lebih rumit dibanding manga, butuh beberapa kali membaca untuk memahami alur ceritanya. Beberapa manhwa yang cukup dikenal khalayak umum antara lain adalah Goong, ruler of the land, masca, ragnarok,dll. 
Berikut beberapa judul manhwa, manga dan juga manhua(komik Taiwan, China) yang bisa temen-temen download ^_^
 
Ingenuo by Ryan(manhua)
 Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjujYYDAs8g0cfMGroRIKMQzA6qI7nqOmeTqGxVbY3OXwgENr8FNgqY95xzB0lM8q3E5LS9MxpbZ7R_lKwnT-mTJEnkXNoKGgJHBHWHVj0IUIFRbElZsRcIWeWPrBBqpkeACHkXi5ojLzwg/s200/ingenuov01p000.jpgManhua ini bercerita tentang perjuangan Ding Jiayu untuk menjadi seorang photografer terkenal. Diawali dengan usahanya menjadi salah satu asisten seorang photografer terkenal yang diidolakannya Yung Jo, dimana Jiayu terpaksa harus ,menyamar menjadi seorang lelaki karena Yung Jo tidak menerima asisten wanita. Hari-hari Jiayu penuh dengan pukulan dan makian dari gurunya tersebut yang ternyata menyimpan rahasia besar dari masa lalunya, manhua ini memiliki cerita sangat menarik. Ceritanya sangat realistis. Layak untuk dibaca...^_^ 

Di Indonesia sendiri cukup banyak manhwa terjemahan yang beredar, meskipun belum sebanyak manga yang sudah lebih dulu merajai. Beberapa diantaranya yang cukup digemari adalah Goong, Princess, Shi Hwa Mong, dan Ruler of The Land. Tidak dipungkiri bahwa popularitas Korea (terutama Korea Selatan) di mata dunia akhir-akhir ini membuat beberapa penerbit komik di Indonesia melirik peluang untuk menerbitkan manhwa. Meskipun bagi penulis pribadi, manga bisa lebih dimengerti jalan ceritanya daripada manhwa. Mungkin cara pola pikir orang Korea yang tertuang dalam komik sedikit berbeda daripada media visualnya (drama Korea justru lebih mudah dicerna jalan ceritanya). Namun itu tergantung pada pribadi masing-masing. Manhwa maupun manga tetap punya daya tariknya masing-masing.
Yang pengen tau lebih lanjut soal manhwa bisa baca di forum Kaskus dan pilih kamar AMH atau di Understanding Manhwa": history, culture, recommendations etc .

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PEGUNUNGAN MEKONGGA


Pegunungan Mekongga

Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga yang membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. dengann puncak tertinggi 2.790 meter dpl, gunung ini merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota endemic yang hanya terdapat di wilayah ini.

Pegunungan Mekongga, juga ideal untuk kegiatan trekking. Titik awal pendakian adalah dari Dusun Surolako, Desa Rantebaru di Kecamatan Ranteangin yang dapat dicapai dengan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari kota Kolaka.

Selama perjalanan ke puncak yang butuh 5-6 hari, para pendaki gunung disuguhi suasana hutan tropis yang jarang dijamah orang, merdunya kicau burung, sampai acara menyeberangi pertemuan Sungai Mosembo dan Sungai Tinokari. Selain itu, mungkin akan berpapasan dengan anoa.


Hikayat
Nama Mekongga berasal dari cerita rakyat setempat yang berkisah tentang pertempuran seorang kesatria dan seekor burung elang. Menurut hikayat, suatu masa puncak gunung ini dihuni oleh Kongga, yaitu seekor burung raksasa. Para penduduk sering resah karena sang burung sering membuat onar dan mengganggu kehidupan rakyat. Kemudian tampillah seorang bangsawan gagah berani yang berhasil menewaskan burung raksasa. Sebagai hadiahnya, raja setempat menikahkan putrinya dengan si bangsawan. Dan untuk mengenang jasa besar itu, kawasan tersebut diberi nama Mekongga.

Rute pendakian
Pendakian dari pos terakhir pendakian hingga ke puncak Mekongga memakan waktu sekitar 5 hari. Pos terakhir pendakian terdapat di desa Tinukari desa terakhir pendakian yang secara administratif terletak di kecamatan Rante Angin, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Perhentian berikutnya yaitu "camp 1" di ketinggian 480 m dpl. Walaupun disebut camp, tapi tidak ada shelter seperti gunung di Jawa. Semuanya masih serba alami.

"camp 2" terdapat di ketinggian 1.380 m dpl. Dari sisi jalur mulai menanjak dan banyak sekali bekas longsoran. Sepanjang jalan banyak ditemukan air terjun kecil. Vegetasi yang dominan adalah tumbuhan berkayu bekas yang ditumbuhi lumut. Hal ini terjadi karena daerah ini sangat lembab. Kantong Semar dan aneka jenis anggrek bisa ditemukan dengan mudah.

Perhentian berikutnya adalah di "Musero-sero". Dalam keyakinan orang Mekongga, tempat ini diyakini sebagai pusat kerajaan jin untuk daerah Kolaka Utara. Dari Musero-sero perjalanan bertambah berat karena harus memanjat tebing dan tanjakan-tanjakan yang tanpa henti hingga sampai di "Camp 3".

Dari sini bisa langsung menuju puncak Mekongga. Puncak Mekongga sendiri berbentuk kubah yang luas. Di sini terdapat goa-goa dengan stalagmit dan stalagtit yang indah. Satu lagi tantangan bagi para pencinta goa.


Habitat yang ada di Pegunungan Mekongga

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PEGUNUNGAN LATIMOJONG


Pegunungan Latimojong

Gunung Latimojong adalah salah satu gunung unik di Sulawesi dengan tujuh puncaknya yang eksotis. Membentang dari utara ke selatan di tengah-tengah pulau tersebut, Gunung Latimojong tercatat berada di wilayah administratif Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

Gunung Latimojong berpuncak tujuh, lebih tepat disebut pegunungan dengan badan-badan gunung yang saling berimpit dan membentuk formasi unik. Puncak tertingginya berjaya dengan ketinggian 3.478 mdpl. Tidak berlebihan kiranya jika Gunung Latimojong ini disebut “Big Mountain.”




Tujuh puncak itu membujur teratur, adalah;
1. Buntu Sinaji (2.430 mdpl)
2. Buntu Sikolong (2.754 mdpl)
3. Buntu Rante Kambola (3.083 mdpl )
4. Buntu Rante Mario (3.430 mdpl )
5. Buntu Nenemori (3.097 mdpl )
6. Buntu Bajaja (2.700 mdpl )
7. Buntu Latimojong (2.800 mdpl )

Boleh dibilang, angka tujuh adalah angka eksotis dan mistis, maka demikian juga dengan Gunung Latimojong yang mistis dan eksotis. Keindahannya terbentang sepanjang pendakian, dan warna mistis begitu kuat di dalamnya. Aroma Mistis Gunung Latimojong Menurut kepercayaan setempat, pegunungan ini konon merupakan asal-usul nenek moyang orang Enrekang, Toraja, Luwu, dan Bone. 

Kepercayaan ini dibarengi dengan kepercayaan mistis yang bersumber dari legenda-legenda setempat yang didominasi oleh suku Duri, yang berkomunikasi menggunakan bahasa Duri. Mereka mendiami daerah Baraka hingga Karangan pada jalur pendakian Gunung Latimojong, dan mayoritas petani kopi. Suku Duri meyakini bahwa arwah nenek moyang mereka bersemayang di tempat-tempat tertentu di Gunung Latimojong. Begitu pula dengan berbagai tempat dianggap memiliki penunggu. “Gunakan gelang rotan,” demikian biasa dikatakan para pemandu. Mengenakan gelang rotan diyakini mampu melindungi para pendaki dari gangguan penunggu Gunung Latimojong atau makhluk halus.

Sesuai kepercayaan adat setempat, gelang rotan adalah symbol bahwa mereka bertamu baik-baik. Sebab, gelang rotan adalah symbol leluhur mereka yang konon bernama Janggok Riri dan Nenek Menga. Aroma mistis juga tampak pada kepercayaan setempat yang mengharuskan memperhatikan tanda-tanda alam. Misalnya, kepercayaan bahwa apabila kita mendengar suara burung maka itu pertanda baik dan pendakian bisa dilanjutkan. Namun, jika bukan suara burung melainkan dengungan lebah, hendaknya pendaki kembali turun sebab itu merupakan pertanda buruk.

Rute Pendakian Gunung Latimojong
Umumnya, akses pendakian Gunung Latimojong dimulai dari Kecamatan Baraka. Wilayah ini bisa dicapai dari arah Makassar dengan angkutan umum, dan turun di Cakke. Dari Cakke, tersedia angkutan lokal menuju Baraka. Dari Baraka, dilanjutkan dengan perjalanan menuju Buntu Dea. Angkutan yang tersedia biasanya mikrolet atau ojek. Dari Buntu Dea kemudian menuju Dusun Latimojong dengan jalan kaki. Perjalanan serupa dilanjutkan menuju Dusun Karuaja yang terletak persis di lembah. Dari desa ini, menuju desa terakhir di kaki Gunung Latimojong, yakni Desa Karangan. Para pendaki biasanya menginap di rumah penduduk di Desa Karangan untuk menunggu waktu yang tepat memulai pendakian. Di samping itu, di desa ini mereka bisa menyiapkan fisik dan perbekalan untuk mendaki Gunung Latimojong yang eksotis tersebut.

Pendakian Gunung Latimojong memiliki tujuh pos, yaitu:

Pos 1 - Buntu Kaciling
Buntu Kaciling merupakan pos pertama yang akan Anda lalui jika sedang melakukan pendakian di Gunung Latimojong. Dari Desa Karangan menuju Pos 1 ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri sungai Salu Karangan. Jalanan mulai menanjak dengan kemiringan 50-70 derajat. Di jalur ini banyak sekali terdapat percabangan. Buntu Kaciling terletak pada ketinggian 1.800 mdpl, merupakan area datar terbuka seukuran 4 meter persegi.

Pos 2 - Gua Sarung Pakpak
Gua Sarung Pakpak adalah pos kedua yang akan dilalui selama pendakian Gunung Latimojong. Jalur ini merupakan medan berkontur naik-turun di sisi lembah dengan sungai yang mengalir deras. Di areal pos berukuran 4 meter persegi dengan lokasi unik di bawah tebing ini, para pendaki biasanya mendirikan tenda dan bermalam.

Pos 3 - Lantang Nase
Medan ekstrem mendominasi jalur ini dengan tanjakan terjal kemiringan 80 derajat. Jika lengah sedikit, bisa menjadi jebakan maut di mana pendaki terjungkal ke belakang. Lantang Nase berada pada ketinggian 1.940 mdpl. tempat ini sekaligus menjadi pos ketiga yang dilalui saat melakukan pendakian Gunung Latimojong.

Pos 4 - Buntu Lebu
Jalur ini tidak seekstrem sebelumnya. Kemiringannya menurun menjadi kisaran 60-70 derajat. Namun, tetap dibutuhkan kewaspadaan tinggi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pos Buntu Lebu berada pada ketinggian 2.140 mdpl, merupakan areal datar seluas 6 meter persegi yang tertutup rerimbunan pohon.

Pos 5 - Soloh Tama
Berada pada ketinggian 2.480 mdpl, areal ini berkapasitas sepuluh tenda. Merupakan areal datar yang terletak di punggung gunung dengan panorama menawan. Soloh Tama juga biasa dijadikan tempat bermalam oleh pendaki Gunung Latimojong..

Pos 6 - Mengintip Tujuh Puncak Latimojong
Berada di ketinggian 2.690 mdpl. Dari pos ini, sudah mulai terlihat jajaran tujuh puncak Latimojong. Di pos ini, para pendaki bisa mulai mengintip keindahan tujuh puncak Gunung Latimojong yang eksotis itu.

Pos 7 - Kolong Buntu
Kolong Buntu terletak pada ketinggian 3.100 mdpl. Jalur jalan setapaknya sudah diperbaiki. Dan dari sini, sudah terlihat jelas tujuh puncak Gunung Latimojong yang berbaris rapi menyambut pendaki. Dari pos terakhir ini, pendakian Gunung Latimojong yang sebenarnya dimulai. Diawali dengan persimpangan jalan di areal terbuka, jalur ke kiri menuju puncak Rante Mario, jalur ke kanan ujung 30° menuju puncak Nenemori, sedangkan jalur ke kanan 90° merupakan jalan menurun menuju Palopo. Puncak-puncak Gunung Latimojong yang Eksotis Puncak Rante Mario adalah puncak tertinggi Gunung Latimojong. Puncak yang indah ini masih ditumbuhi hutan vegetasi alam. Dari puncak yang dingin dan berkabut, mata bebas memandang alam. Enrekang berada di keremangan yang mistis dan sakral. Puncak Nenemori tak kalah membius dibanding Rante Mario. Jalur menuju Nenemori didominasi hutan berpohon tinggi besar dengan selimut lumut licin tebal. Jika beruntung, pendaki bisa bertemu anoa, fauna khas Sulawesi yang semakin sedikit populasinya dan masuk dalam kelompok satwa dilindungi.

Itulah Gunung Latimojong. Kini, Gunung dengan tujuh puncaknya yang eksotis, menunggu kunjungan Anda

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GUNUNG SLAMET


Gunung Slamet

Gunung Slamet terletak diantara Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Brebes. pada posisi geografis 7°14,30' LS dan 109°12,30' BT, dengan ketinggian 3432m dpl, membuatnya merupakan gunung berapi yang tertinggi di daerah Jawa Tengah. Gunung ini mempunyai empat kawah di puncaknya. Gunung yang berada di sebelah utara kota Purwokerto dan disebelah barat kota Purbalingga ini juga mempunyai beberapa sumber air panas. Hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air, walaupun ada itu juga merupakan genangan air, jadi sangat disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Pintu gerbang pendakian adalah dari desa Blambangan.



Gunung Slamet dapat dicapai dari beberapa pintu masuk yaitu:
  • Bambangan
  • Batu Raden
  • Kaliwadas
  • Randudongka
Dari beberapa rute pendakian yang ada, Bambangan adalah rute yang paling banyak ditempuh oleh para pendaki, disamping karena jalur pendakian yang cukup aman, panorama yang ada sangat lengkap, dari pemandangan alam yang membentang ke timur sampai daerah Banjarnegara, juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet.

Perjalanan dimulai dari kota Purwokerto. Dari sini naik mini bus (Rp.8.000 per orang) yang menuju Bobotsari kemudian turun di daerah yang dinamakan pertigaan serayu (sebelah utara bobotsari), perjalanan sekitar 45 menit tiba di pertigaan serayu dan melanjutkan perjalanan menuju desa Bambangan dengan menggunakan kendaraan pick-up (Rp.10.000 per orang). Hanya ada satu angkutan tersebut yang tersedia. Sedangkan transportasi untuk kembali ke Purwokerto bisa mencarter mobil angkutan sayur kepunyaan kepala desa Rp.15.000/orang dari Desa Bambangan sapai ke terminal Bus Purwokerto dengan catatan lebih dari 10 orang. Bambangan merupakan desa terakhir dan merupakan pintu gerbang pendakian menuju puncak Gunung Slamet . Untuk mencapai puncak slamet dibutuhkan waktu antara lebih kurang 8 jam pada keadaan normal. Hutan-hutan yang asri akan hilang ketika sampai di tempat yang dinamakan Pos Sanghyang Rangkah atau disebut juga Pos Mata Air, dan berganti dengan semak-semak dan tumbuhan sub-alpine lainnya.

Begitu melewati daerah semak - semak kita akan sampai di Pelawangan (lawang = pintu) atau atau Pos IX yang merupakan pintu menuju ke puncak Slamet. Perjalanan akan semakin menarik sekaligus juga berbahaya ketika kita melalui pelawangan ini. Disamping hanya pasir dan batu berbeda dengan medan lereng pasir di gunung Mahameru yang halus di gunung ini pasirnya sedikit kasar dan tajam.

Setelah melewati daerah Pelawangan maka akan sampai di dataran puncak yang berbukit dengan beberapa hamparan kawah yang luas. Pada puncak Slamet terdapat sebuah tiang penunjuk ketinggian. Pemandangan gunung Sumbing dan gunung lainnya di daerah Jawa Tengah jelas terlihat.

Rute Pendakian
Desa Bambangan 1478m dpl
07° 13' 34,7" LS 103° 15' 57,7" BT
Desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian bertani ini selain mempunyai pondok pemuda yang merupakan juga tempat singgah para pendaki juga rumah kepala dusun dan rumah penduduk lainnya bisa dijadikan tempat singgah dan bermalam. Jarak dari desa Bambangan ke Pos I Pondok Gembirung sekitar 1,5 km dengan jarak tempuh normal lebih kurang 1 jam.

Pos I (Pondok Gembirung) 1993m dpl
07° 13' 38,0" LS 103° 14' 48,0" BT
Pos I atau Pos Pondok Gembirung ini mempunyai areal yang cukup lebar untuk mendirikan 4-5 tenda dan terletak persis di sebelah kiri jalan setapak sewaktu akan naik. Tidak ada sumber mata air di pos ini. Sebelum mencapai pos ini kita akan melewati perladangan penduduk disebelah kiri jalan setapak terdapat sungai yang kering dimusim kemarau. Kemudian kita akan memasuki pintu hutan dan tak lama baru sampai di pos ini.

Pos II (Pondok Walang) 2271m dpl
07° 13' 45,8" LS 109° 14' 28,1" BT
Pos II atau disebut juga Pos Pondok Walang ini cukup luas dan berjarak lebih kurang 1km dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 jam. Tanjakan yang cukup menguras tenaga dari Pos I membuat perjalanan sedikit akan lama jika dibandingkan dengan jaraknya. Seperti halnya dengan Pos I di Pos ini tidak terdapat sumber air.

Pos III (Pondok Cemara) 2497m dpl
07° 13' 55,2" LS 109° 14' 10,6" BT
Pos III ini merupakan pos yang terluas, di pos ini bisa mendirikan 10 tenda. Pos yang berjarak sekitar 1,5km dari pos sebelumnya ini juga tidak tersedia sumber mata air. Waktu tempuh dari pos II dengan kecepatan normal sekitar 1.5 jam

Pos IV (Pondok Samarantu) 2697m dpl
07° 14' 01,0" LS 109° 14' 00,3" BT
Pos Samarantu ini berada persis di samping kanan jalan setapak. pos ini berjarak sekitar 1,5km dari pos sebelumnya dengan waktu tempuh lebih kurang 1,5 hingga 2 jam ada sedikit kerancuan pada pos ini yakni sebelum samapi di pos ini kita akan menjumpai pos yang bernama Samarantu juga. Pos tersebut tidak lebih merupakan pos bayangan yang telah disalah namakan. Pos Samarantu yang benar adalah yang ini.

Pos V (Samyang Rangkah) 2806m dpl
07° 14' 07,9" LS 109° 13' 51,5" BT
Pos ini juga dikenal dengan nama Pos Mata Air, karena hanya ditrempat ini lah kita bisa menemukan air. Akan tetapi tidak pada musim kemarau. Membawa persedian air yang cukup adalah wajib jika anda mendaki gunung Slamet. Pos yang berjarak sekitar 1,5 - 2km dan dengan waktu tempuh kurang lebih 1,5 jam dari pos sebelumnya ini. mempunyai sebuah bangunan pondok. Mulai dari pos ini keatas sudah terbuka medannya.

Pos VI (Samyang Jampang) 2916m dpl
07° 14' 09,6" LS 109° 13' 43,0" BT
Pos VI ini tidak begitu luas dan berjarak sekitar 1km dengan waktu tempuh lebih kurang 1 jam dari pos V. dari tidak ada yang terlalu istimewa pada pos ini, karena hanya merupakan pos persinggahan sementara. Pada lokasi pos ini bisa mendirikan 2-3 tenda.

Pos VII (Samyang Kotebon) 3050m dpl
07° 14' 13,6" LS 109° 13' 34,0" BT
Pos ini sangat berdekatan sekali dengan pos VII dan merupakan pos yang memiliki pemandangan yang lepas ke arah timur. Disini ada sebuah shelter berukuran 3x6m dan terbuat dari seng.

Pos VIII (Samyang Kendit) 3050m dpl
07° 14' 13,5" LS 109° 13' 33,9" BT
Pos ini terletak diatas pos VII, entah kenapa kedua pos ii jadi berdempetan tidak ada data mengenai itu. Pos Samyang Kendit ini cukup lebar dan berada persis di pinggir jalan, JIka mendirikan tenda di pos ini menghadap ke Timur, maka pagi hari bisa menikmati sunrise dari dalam tenda.

Pos IX (Pelawangan) 3198m dpl
07° 14' 17,1" LS 109° 13' 25,9" BT
Pos Pelawangan ini adalah merupakan pos yang terakhir, pos ini berada didaerah perbatasan daerah berbatuan dan pepohonan. Jarak pos ini dari pos VIII adalah sekitar 0,5 km dengan jarak tempuh kurang lebih 1 - 1,5 jam.

Puncak 3432 m dpl
07° 14' 19,0" LS 109° 13' 11,9" BT
Setelah melewati pos IX maka medan pendakian yang akan dihadapi menuju puncak adalah daerah terbuka dan berpasir serta berbatu. Berbeda dengan daerah berpasir di Mahameru atau Rinjani. daerah berpasir di Slamet ini batubatunya sedikit tajam. Saat mencapai gigiran puncak tiang trianggulasinya berada disebelah kanan. Dari sini kita bisa melihat pemandangan lepas ke segala arah. Kawah Gunung Slamet agak jauh letaknya dari puncak. Untuk kesana kita harus menuruni puncak ke arah barat, tapi kawahnya terlihat jelas dari puncak.

Perijinan
Perijinan bisa diurus di rumah kepala desa Bambangan, rumah kepala desa ini juga biasanya dijadikan basecamp oleh para pendaki. Disini para pendaki mendaftar untuk mendaki dengan membayar uang retribusi Rp.3.500,- per orang dan juga membayar karcis kas Karang Taruna sebanyak Rp. 500,- per orang. Para pendaki tidak dikenakan biaya untuk menginap di rumah kepala desa ini.

Jalur Pendakian dari Guci
Guci adalah nama desa sekaligus tempat wisata di kaki Gunung Selamet arah Barat Laut. Komplek wisata Guci, ini adalah merupakan komplek wisata alam mata air panas dan air terjun, yang cukup lengkap, dengan hotel berbagai kelas, dan juga villa-villa disewakan. Juga terdapat camping ground sederhana. Hotel yang terbaik disini adalah Duta Wisata, terdapat kolam renang air panas,. Jika anda ingin berendam gratis, silakan mencebur di sungai yang mengalir dengan air yang jernih dan deras. Berbeda dengan Ciater, yang semrawut dan sangat mahal, suasana disini relatif tenang, dan harga-harga tidak terlalu mahal.

AKSES TRANSPORTASI
Dari Jakarta dengan menggunakan bis Jurusan Jakarta-Tegal-Slawi-Purwokerto (AC Rp 43,000). Kemudian turun di pertigaan Yomani/Lebaksiu yang berada pada ketiggian 125m dpl, kira-kira setengah jam dari tegal ke arah Purwokerto melewati Slawi. Pertigaan ini ditandai dengan petunjuk arah Kawasan wisata GUCI dan jembatan.

Di sini kita bisa berbelanja bahan makanan, jika perlu. Terdapat juga wartel, restoran sate/ gulai kambing muda yang memang khas di daerah ini. Terdapat Masjid besar, Masjid Baetussalam, yang besar dan bersih dengan air yan melimpah. Depan masjid ini menjadi tempat nongkrong bus Dewi Sri jurusan Jakarta, yang berangkat pagi dari lokasi ini.

Dari pertigaan Yomani/Lebaksiu ini kita ganti bis kecil Jurusan Tegal-Slawi-Bumijawa, turun di pertigaan Tuwel, ongkosnya (Rp 7000). Bis ini beroperasi dai jam 6 pagi sampai jam 5 sore. Selain waktu tersebut, anda harus menggunakan ojek ke Guci (Rp 30.000). Atau anda bisa numpang menginap di masjid Baetussalam, sambil menunggu besok pagi jam 6.

Dari Tuwel kita berganti dengan mobil pickup ke tempat wisata Guci (Rp 6000).

Tips
Sebaiknya gunakan bis Executive (bangku 2-2)Jakarta-Purwokerto , Sinar Jaya, Dewi Sri, yang berangkat dari terminal Rawamangun. Pengalaman kami naik bis siang AC (bangku2-3) Tri Kusuma dari Pulogadung, kondisi bis , keamanan dan kenyamanan sangat jelek.
Waktu tempuh Jakarta – Pertigaan Yomani 8 jam.

PERIJINAN DAN PORTER
Pendakian masal diselenggarakan rutin oleh Pemda Tegal, setiap 17 Agustus. Rekor tertinggi hanya 200 orang (bandingkan dengan Gede).

Di desa Guci, bisa dicari penunjuk jalan/ porter. Pemuda di desa ini mempunyai klub pendaki bernama “Eidelwais Club”. Mereka bisa dimintai tolong mengantarkan dan membawa beban. Tarifnya , belum ada harga resmi untuk porter saat ini biasanya 75 ribu/orang, untuk 2 hari-1 malam. Bahan makanan buat dia, kita yang menyediakan. Dan uang tambahan transport 15 ribu/orang, karena kita turun di Bambangan.

Perijinan bisa diurus ke ‘juru kunci’ disini. Dan bisa diurus oleh porter langsung.
Di desa ini/ tempat wisatanya, anda bisa membeli nasi bungkus untuk makan siang nanti, jika anda malas memasak di perjalanan.

 Tips
Untuk mencari pemandu/ porter, hubungi Mas Narto, tinggal di dekat SDN 1 Guci.

RUTE PENDAKIAN
Pendakian dimulai dari pintu gerbang pendakian yang berada pada ketinggian 1120m dpl. Pintu gerbang pendakian yang berupa gapura ini , adalah juga merupakan pintu gerbang ke air terjun. Letak air terjun ini ada di sebelah sebuah jembatan. Tiket ke air terjun adalah 2000/ orang. Air sungai ini bisa dipakai untuk memasak. Berikut adalah tahapan pendakian mulai dari pintu gerbang hingga puncak.

Gerbang 1120m dpl – Pos Pinus (Pos I) 1185m dpl
Dari gerbang jalur pendakian relatif landai, melewati pinggir hutan pinus, dan setelah mengikuti jalan setapak kemudian akan bertemu dengan jalan berbatu/ bekas jalan aspal yang sudah rusak milik perkebunan pinus. Pos I berada sedikit masuk ke dalam hutan Pinus. Didaerah ini banyak sekali terdapat bekas bulu burung yang merupakan buangan dari pada pemburu burung Katik..Waktu tempuh dari Gerbang hingga ke Pos I ini kuran glebih 1 jam

Pos I - Pos II (1850m dpl)
Setelah melewati Pos I keadaan jalan setapak mulai menanjak dan mulai banyak terdapat pohon yang berlumut. Sedangkan waktu tempuhnya 1 jam 50 menit.

Pos II – Pos Pondok Pasang (Pos III) 2035m dpl
Kondisi jalan seteapaknya relatif landai dan waktu tempuh dari Pos II ke Pos III kurang lebih 48 menit.

Pos III – Pos Pondok Cemara (Pos IV) 2480m dpl
Jalur dari pos III menuju Pos IV ini lebih berat dari pad jalur lainnya (dari pos I hingga Pos V). Dijalur ini, banyak pohon perdu setinggi manusia (semacam arbei). Jika memulai pendakian dipagi hari, maka istirahat makan siang dapat dilakukan disini. Dan juga di daerah Pos IV ini ramai dihiasi oleh suara burung. Waktu tempuh dari Pos III ke Pos IV adalah kurang lebih sekitar 2 jam.

Pos IV – Pos Pondok Kematus (Pos V) 2740m dpl
Jalur pendakian mulai banyak ditemui pohon tumbang dan sebelum mencapai Pos V, akan ada sebuah pos yang dikenal dengan sebutan Pos Edelweiss yang berada pada ketinggian 2570m dpl, dan waktu tempuh hingga Pondok Edelweiss ini adalah kurang lebih sekitar 1 jam 26 menit. Selepas dari pondok edelweiss keadaan jalan setapak mulai banyak debu vukanisnya. Dari Pondok edelweiss hingga ke Pos V akan memakan waktu kurang lebih 50 menit.

Pos V – Bibir kawah sebelah barat laut (3205m dpl)
Mendekati bibir kawah, haruslah berhati-hati karena jalannya melewati tanah berpasir halus dan berasap belerang. Terkadang tanah tersebut terasa hangat. Resiko keracunan belerang/ H2S bisa saja terjadi. Jadi ada baiknya menyiapkan masker, dan berjalan cepat dan tegak, untuk mengurangi resiko. Karena H2S lebih berat dari udara/ berada di dekat tanah. Waktu tempuh dari Pos V hingga bibir kawah ini adalah sekitar 2 jam

Bibir Kawah Barat Laut – Puncak Barat/Tower Barat (3220m dpl)
Jalan setapaknya mengelilingi kawah, diperlukan konsentari ektra di jalur ini. Waktu tempuhnya sekitar 1 jam.

Puncak Barat/Tower Barat – Puncak Timur/Puncak sejati 3428m dpl
Jalan setapaknya turun kearah kawah pasir dan kemudian naik kembali menuju puncak sejatinya. Waktu tempuhnya sekitar kurang lebih satu jam.

Pada jalur pendakian Guci ini tidak terdapat sumber air di setiap posnya, dan pos yang ada bangunan shelternya hanya di Pondok Edelweiss

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GUNUNG SINAMBUNG


Gunung Sinabung

Gunung Sinabung adalah sebuah gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Sinabung bersama Sibayak di dekatnya adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Gunung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600.Koordinat puncak gunung Sinabung adalah 3 derajat 10 menit LU, 98 derajat 23 menit BT.

Agustus 2010
Sejak 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB (28 Agustus 2010, 17.15 UTC), gunung Sinabung mengeluarkan lava.

Status gunung ini dinaikkan menjadi "Awas".Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi.Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut.Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung.
Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara.
Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernafasan ketika mengungsi dari rumahnya

September 2010
Pada tanggal 3 September, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer.Letuasn kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini.

Pada tanggal 7 September, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif pada tanggal 29 Agustus 2010. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara.

Sumber :Wikipedia

Catatan:
Jadi Pada intinya Anda harus berpikir dua kali untuk mendaki gunung Sinabung untuk sementara waktu

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GUNUNG SINDORO


Gunung Sindoro

Gunung Sindoro atau disebut juga Sendoro mempunyai beberapa kawah diantaranya :
Kawah puncak: Segoro Wedi, Segoro Banjaran
Kawah utara
Kawah selatan
Sumur Ledakan

Berdiri dengan ketinggian 3150m dpl, terletak di batas kabupaten Temanggung sebelah barat dan Wonosobo sebelah timur. Posisi geografinya 7°18' LS dan 109°59,5' BT. Gunung Sindoro ini berhadapan langsung dengan gunung Sumbing, sama halnya dengan gunung Sumbing di gunung ini juga susah ditemukan sumber air, maka dari itu dianjurkan untuk membawa perbekalan air yang cukup sesuai dengan lamanya perjalanan yang akan ditempuh.

Setiap tanggal 1 Suro, banyak penduduk yang naik menuju puncak G. Sindoro ini untuk melakukan upacara selamatan memperingati Tahun Baru dalam kalender Jawa dan Islam. Sundoro dapat dicapai dari beberapa jurusan, dari sebelah timur dari Magelang dari sebelah barat dari Banjarnegara, dari arah utara dari Candiroto atau Melayu, sedangkan dari arah selatan dari Purworejo.

Rute Pendakian
Seperti yang disebutkan sebelumnya, Sindoro dapat dicapai dari beberapa tempat. Sedangkan jalur yang paling sering ditempuh adalah dari arah Magelang dan dari arah Wonosobo. Dari Magelang kita naik bis ke arah Wonosobo dan turun di jalan raya tertinggi di desa Kledung (begitu juga sebaliknya). Setelah tiba di desa Kledung kita harus ke Kepala Desa untuk memperoleh informasi dan kita dapat bermalam di rumah kepala desa ini. Air harus dipersiapkan di sini, karena sepanjang perjalanan ke puncak yang dimulai dari jalan di belakang rumah Kepala Desa, melalui kebun sayur dan hutan pinus, tidak tersedia sumber mata air. Dari desa Kledung menuju puncak memakan waktu 8 jam dan turunnya membutuhkan waktu 4 jam.

Untuk menuju puncak G. Sindoro, kita turun dari bus di depan gapura desa Garung, dimana jalan mulai menurun ke kota Wonosobo. Dari gapura desa ke pusat desa Garung perjalanan ditempuh dalam waktu 1 jam. Di desa Garung/Butuh ini tidak ada losmen untuk bermalam, jadi para pendaki bila ingin bermalam dapat ke rumah kepala desa, sekaligus mendapatkan informasi mengenai G. Sundoro.

Dari belakang desa, perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti jalur yang langsung menanjak, terus melalui kebun sayur dan jalan menanjak seperti dalam saluran air. Kita kemudian melewati kebun akasia dan tiba di padang rumput, dari sini kita dapat melihat puncak G. Sundoro. Perjalanan sampai ke punggung gunung, makin lama makin curam dan di sini terdapat sebuah batu besar tempat berlindung dari hembusan angin yang keras. Dari tempat ini menuju puncak masih diperlukan waktu 1 jam lagi. Puncak G. Sundoro berbentuk caldera kecil yang bergaris tengah 800 meter, dengan kedalaman 50-100 m dan beberapa puncak yang runcing. Untuk menuju puncak tertinggi harus turun lagi ke arah kanan dan kemudian naik lagi. Di kaldera banyak kawah kecil yang berasap belerang, yang merupakan pemandangan yang menarik. Dari desa Garung/Butuh ini menuju puncak memakan waktu 8 jam dan untuk turun memakan waktu kurang lebih 5 jam.

JALUR KLEDUNG
Salah satu jalur yang paling sering digunakan oleh pendaki dan cukup popular adalah jalur dari desa Kledung, desa ini bisa dicapai dari arah Wonosobo atau dari arah Magelang karena letaknya yang berada diantara jalan raya Wonosobo – Magelang.

Akses Transportasi
Jika datang dari arah barat Indonesia sebaiknya akses yang paling cepat adalah dengan menumpang bus jurusan Wonosobo, kemudian naik bus kecil jurusan Magelang dan turun di Desa Kledung, desa ini berada disebelah kiri jalan saat menuju arah Magelang, dengan waktu tempuh kurang lebih 30 – 40 menit. Jika datang dari arah timur Indonesia sebaiknya mencapainya dari Magelang, dan kemudian menumpang bus kecil jurusan Wonosobo dan turun di Desa Kledung. Didesa Kledung terdapat basecamp pendaki yang saat in dikenal dengan nama Basecamp Sindoro, dewasa ini pengelolaannya dipegang oleh seorang pemuda yang akrap di panggil dengan “Ragil”.

Perijinan
Perijinan bisa di urus ini basecamp Sindoro setiap pendaki dikenakan retribusi sebesar Rp.3.000,- /orang. Dan mendaftarkan seluruh anggota timnya di Basecamp ini, tidak terlalu berbelit-belit perijinannya. Di basecamp ini pendaki bisa menginap, gratis kecuali makanan.

JALUR PENDAKIAN
Basecamp Kledung – Pos I
Dari basecamp Kledung menuju pos I menempuh jarak kurang lebih 2,5 jam perjalanan, dengan melewati jalan aspal berbatu-batu selama kurang lebih 2 jam, dan kemudian kita akan menjumpai sebuah pos bayangan yang biasa nya merupakan pangkalan ojek yang menawarkan jasanya pada setiap pendaki. Etape dari basecamp hingga pangkalan ojek ini juga bisa ditempuh dengan ojek untuk mempersingkat waktu pendakian, tarifnya Rp.10.000,- Dari pakalan ojek hingga Pos I sudah tidak begitu jauh sekitar 30 hingga 40 menit kita akan sampai di Pos I


Pos I – Pos II
Pos I merupakan sebuah bangunan yang juga berfungsi sebagai warung penduduk. Dari pos ini jalan setapak terus menanjak dan kemudian berbelok kekiri dan kemudian ada rutenya menuruni piggiran punggungan dan kemudian mendaki punggungan berkutnya. Jalan setapaknya jelas sekali sepanjang jalur pendakian banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon penghijauan seperti lamtorogung. Jarak tempuh dari Pos I ke Pos II kurang lebih dua jam.

Pos II – Pos III
Pos II berupa bangunan tanpa dinding, dan atapnya pun tinggal separo, berada persis dipinggir jalan setapak, pos ini hanya berupa tempat peristirahatan sementara, kecil sekali dan tidak ada sumber mata air. Dari Pos II menuju pos II jalur pendakian mulai terbuka dan semakin menanjak. Jalan setapaknya mulai berbatu-batu, dari etape ini padangan kita sudah bisa jelas melihat gunung Sumbing yang tegak berdiri dibelakang kita. Waktu tempuh dari Pos II hingga Pos III kurang lebih 2 – 3 jam.
Pos III – Pos IV
Pos III merupakan sebuah dataran yang cukup luas persis diatas punggungan, lokasi ini sering dijadikan sebagai tempat bermalam oleh pendaki, hanya disini tidak ada sumber mata air, Gunung Sindoro memang dikenal sebagai gunung yang tidak mempunyai sumber mata air, jadi pendaki harus membekali dirinya dengan persediaan air yang cukup jika hendak bermalam di Pos ini. Selain itu pos III sering juga dijadikan sebagai lokasi warung bagi penduduk pada musim-musim ramai pendakian. Jalur pendakian dari Pos III menuju pos IV semakin curam dan terkadang tanjakannya sedikit susah untuk dilewati, selepas pos III jalur pendakian sedikit memasuki kawasan yang cukup rimbun oleh pohon namun ini tidak berlangsung lama, tak lama kemudian kembali jalur terbuka dan ditumbuhi oleh ilalang. Jalan setapak dipenuhi oleh batu-batu, tapi pemandangan dibelakang kita sangat bagus Dari Pos III ke Pos IV jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam

Pos IV – Kawasan Puncak
Pos IV sendiri tidak begitu jelas karena tidak ada bangunan dan cirri-ciri khusus. Pos ini hanya berupa sebuah tempat datar yang hanya cocok untuk satu tenda, di sekitarnya ada beberapa tempat datar lagi akan tetapi cukup jauh berjauhan letaknya. Umumnya para pendaki yang berjumlah sedikit anggota timnya lebih memilih Pos IV sebagai lokasi untuk menginap. Banyak juga yang memilih melewati pos ini dan langsung ke puncak. Jarak dari Pos IV ke kawasan puncak sekitar 2 jam.

Kawasan Puncak
Dikawasan puncak Gunung Sindoro terdapat sebuah kawah dan ada banyak tempat datar yang bisa dijadikan sebagai lokasi camping. Jika musim hujan pada dasar salah satu kawahnya terdapat air genangan hujan yang bisa dijadikan sumber air untuk memasak, memang rasanya sedikit kecut tapi lumayan untuk dipakai memasak.

Lokasi menarik
Di areal gunung ini tidak begitu banyak lokasi menarik, hanya pemandangan lepas ke arah gunung Sumbing, Merbabu dan Merapi yang indah untuk dinikmat

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

GUNUNG RAUNG


Gunung Raung

Gunung Raung adalah sebuah gunung yang besar dan unik, yang berbeda dari ciri gunung pada umumnva di pulau Jawa ini. Keunikan dari Puncak Gunung Raung adalah kalderanya yang sekitar 500 meter dalamnya, selalu berasap dan sering menyemburkan api. Gunung Raung termasuk gunung tua dengan kaldera di puncaknya dan dikitari oleh banyak puncak kecil, menjadikan pemandangan yang menakjubkan. Selain itu gunung ini juga terletak di paling ujung pulau jawa bahkan keindahan gunung ini dapat kita lihat dari pulau dewata bali, tepatnya ketika kita berada di pantai Lovina Singaraja Bali Utara pada akhir siang atau ketika sunset di Lovina Beach. Keindahan gunung raung ini akan terlihat indah. Jajaran pegunungan di timur pulau jawa ini memiliki keindahan yang sangat unik. Gunung ini terletak di Kab. Banyuwangi Jawa Timur. Gunungapi raksasa ini muncul di sebelah timur dari suatu deretan puing gunungapi yang berarah barat laut - tenggara. Di Puncaknya terdapat sebuah kaldera yang berbentuk elips dan terdapat kerucut setinggi kurang lebih 100 m.

Rute Pendakian
Untuk mendaki Gunung Raung, paling mudah adalah dari arah Bondowoso. Dari Bondowoso terus menuju desa Sumber Wringin dengan menggunakan Colt melalui Sukosani. Perjalanan diawali dari desa Sumber Wringin melalui kebun pinus dan perkebunan kopi menuju Pondok Motor atau Pos pendaki dimana kita dapat menjumpai seorang juru kunci yang bernama Pak Serani. Ada seorang lagi penduduk desa ini yang rumahnya juga sering ditumpangi para pendaki yaitu Pak Sahati.

Pos-pos perhentian yang akan kita lewati adalah sbb:

Pondok Motor
Pondok Sumur
Pondok demit
Pondok Mayit
Pondok Angin
Di Pondok Motor kita dapat menginap dan beristirahat, kemudian kita dapat melanjutkan perjalanan ke puncak yang membutuhkan waktu sekitar 9 jam. Dari Pondok Motor, kita akan melewati perkebunan kopi, hutan pinus, hutan cemara, terus sampai di dataran tempat dimana kita dapat berkemah. Perjalanan dilanjutkan melalui padang alang-alang (sekitar 1 jam perjalanan), Hutan gunung ini terdiri dari pohon glentongan, arcisak, takir dan lain-lain. Setelah pendakian selama 2 jam atau sekitar 1300 – 1400 m pendaki akan menemukan jalan berkelok dan naik turun sampai ketinggian sekitar 1500 - 1600 m. Di daerah ini mulai terlihat pohon cemara lalu pendakian diteruskan menuju pondok sumur (1750 M).

setelah itu pendakain akan mulai sulit dan sudut pendakian mulai membesar dan jalur pendakian kurang jelas karena hanya semak-semak dan kemudian terus mendaki selama 3 jam hingga dicapai Pondok Demit. Kemudian pendaki harus mendaki lagi selama sekitar 8 jam hingga dicapai batas hutan, yang dikenal dengan nama Pondok Mantri atau Parasan pada ketinggian sekitar 2900 - 3000 m. di tempat inilah pendakian beristirahat untuk berkemah. Selanjutnya menuju puncak Gunung Raung yang sedikit berpasir dan berbatu-batu. Dari tempat berkemah menuju puncak Gunung Raung, hanya diperlukan waktu sekitar 2 (dua) jam saja. Sedangkan perjalanan turun, memakan waktu sekitar 7 jam.



Puncak Gunung Raung Dengan kaldera yang luas


Puncak Gunung Raung ini berada pada ketinggian 3.332 m dari permukaan laut dan sering bertiup angin kencang. Sesungguhnya masih ada puncak yang lebih tinggi lagi, namun kita tidak dapat mendaki ke sana, sebab selain tidak ada jalan juga hutannya masih terlalu lebat. Dalam perjalanan ke Puncak G. Raung, tidak ada mata air. Sebaiknya untuk air dipersiapkan di Sumber Wringin atau di Sumber Lekan. Untuk mendaki Gunung Raung tidak diperlukan ijin khusus, hanya saja kita perlu melaporkan diri ke aparat desa di Sumber Wringin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS