My Album Photo

tentang saya...

Foto saya
kediri, east java
seorang gadis remaja yang beranjak dewasa, yang mulai meraba-raba sebenarnya kalau udah gede mau jadi apa?? :> :s Ribet banget ya,.. so langsung aja yuk cekidot'in blog saya.. >_^




Omar Mukhtar, Sang Singa Padang Pasir
-------------------------------------------------------------------------------------

Siapakah tokoh paling terkenal dari Libya? Semua pasti akan mengatakan : Muammar Khadafi! Apalagi beliaunya baru saja “nyungsep” dari tahta kekuasaannya, dan berpulang ke Rahmatullah.

Namun pernahkah anda mendengar sosok Omar Mukhtar, seorang pahlawan muslim dari Libya yang perjuangannya patut diteladani? Silakan menyimak.

Omar Mukhtar lahir pada tahun 1862 di timur Cyrenaica, Janzur Timur di dekat Tobruk. Omar telah menjadi seorang yatim piatu ini dan diadopsi oleh Sharif El Gariani, yang merupakan keponakan Ghariani Hussein, seorang pemimpin politik keagamaan di Cyrenaica. Ia menerima pendidikan awalnya di masjid lokal dan kemudian belajar selama delapan tahun di Universitas Senussi di Jaghbub, yang juga merupakan markas dari Gerakan Senussi (gerakan perlawanan yang dipimpin Muhammad El Senussi, yang menjadi cikal bakal Kerajaan Libya).

Pada bulan Oktober 1911, selama perang Italia-Turki, sebuah pasukan angkatan laut Italia di bawah komando Laksamana Luigi Faravelli mencapai pantai Libya, yang berada di bawah kekuasaan kekaisaran Turki Utsmani. Sang Laksamana menuntut pihak Turki untuk menyerahkan wilayah tersebut kepada pihak Italia, seraya mengancam akan menyerang kota Tripoli (ibukota Libya) jika permintaannya tidak dikabulkan. Pasukan Turki dan pasukan Libya, yang menjadi sekutunya, memilih untuk tidak menyerah dan ke pedesaan. Maka pasukan Italia kemudian membombardir kota Tripoli selama tiga hari, dan kemudian memproklamirkan diri bahwa kota Tripoli telah jatuh ke dalam kekuasaan Italia. Peristiwa ini menandai awal dari kisah perjuangan mujahid Libya di bawah pimpinan Omar Mukhtar menghadapi kekuatan penjajah Italia.

Omar Mukhtar, tidak hanya dikenal sebagai seorang guru yang mengajarkan Al Qur'an di madrasah-madrasah, namun ia juga dikenal piawai dalam hal strategi dan taktik perang di wilayah berpadang pasir. Dia menguasai medan pertempuran di area padang pasir, dan ini dirasakan sangat mengancam bagi pihak Italia yang tidak terbiasa dengan pertempuran di padang pasir. Pasukan gerilyawan Mukhtar seringkali melakukan serangkaian serangan ke arah pos-pos pengintaian Italia, melakukan penyergapan ke arah iring-iringan rombongan tentara Italia, dan juga berhasil memotong jalur logistic dan komunikasi tentara Italia. Hal ini membuat tentara Italia takjub sekaligus dibuat malu dengan manuver-manuver brilian Mukhtar dalam perang gerilyanya.

Pada tahun 1924, di pegunungan Ghebel Akhdar, seorang Gubernur Italia, Ernesto Bombelli berhasil merancang taktik anti-gerilya yang sukses meredam serangan gerilyawan Libya. Omar Mukhtar segera merancang ulang taktik gerilyanya sambil menunggu bala bantuan dari pihak Mesir. Pada bulan Maret 1927, Omar Mukhtar berhasil memporak-porandakan pasukan Italia di bawah pimpinan Gubernur Attilio Teruzzi di Raheiba. Antara tahun 1927 dan 1928, Mukhtar berhasil menyatukan seluruh armada pasukan Senussi di bawah komandonya. Hal ini membuat kagum Gubernur Teruzzi yang memuji kualitas seorang Omar Mukhtar sebagai seorang yang “pantang menyerah dan memiliki kemauan yang luar biasa kuat.”

Pietro Badoglio, gubernur Libya yang menjabat sejak Januari 1929, setelah negosiasi yang alot akhirnya memilih untuk berkompromi dengan Omar Mukhtar. Peristiwa ini dianggap cukup memalukan bagi rakyat Italia. Namun tidak lama, pada bulan Oktober 1929, Mukhtar memilih untuk membatalkan gencatan senjata tersebut, dan kembali mempersiapkan pasukannya, dalam pertempuran besar menghadapi pasukan Jenderal Rodolfo Graziani.

Serangan besar-besaran dilancarkan pihak Italia terhadap pasukan gerilyawan Libya. Pasukan Italia dipimpin langsung oleh Jenderal Graziani, dan didukung langsung oleh Benito Mussulini, pemimpin besar fasisme Italia, dan juga Emilio De Bono, menteri perkolonialan Italia. Pasukan Italia berambisi untuk menghancurkan pertahanan Libya di Cyrenaica. Ratusan ribu penduduk kota Gebel diungsikan ke kamp-kamp konsentrasi di sepanjang pantai. Pasukan Graziani mulai berhasil memojokkan pasukan Libya, di mana gerilyawan-gerilyawan tersebut terisolasi dari segala bentuk bala bantuan, dan terus dimata-matai pasukan udara Italia, dan tidak henti-hentinya dikejar oleh pasukan darat Italia yang bekerjasama dengan para pengkhianat dari pihak Libya sendiri. Omar Mukhtar dalam keadaan sulit tidak pernah berpikir untuk menyerah sedikit pun. Namun pada tanggal 11 September 1931 ia berhasil ditangkap di dekat Zonta.

Berhadap-hadapan muka dengan Omar Mukhtar, Jenderal Rodolfo Graziani mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok pejuang tua ini. “Tidak terlalu tinggi, gemuk, berambut-berkumis-berjanggut putih. Seorang yang cerdas dan tangkas. Seorang yang saleh dan berilmu agama yang tinggi. Energik, sabar, tidak keras kepala, namun tidak kenal kompromi dengan para penjajah. Ia adalah tokoh besar yang tetap religius dan miskin di akhir hayatnya, meskipun pada saat itu ia adalah tokoh penting di antara pemimpin-pemimpin Senussi di Libya.”

Perjuangan yang nyaris tanpa henti seorang Omar Mukhtar berakhir pada tanggal 11 September 1931 di pertempuran di dekat Slonta, di mana ia terluka dan ditangkap oleh pasukan Italia. Pasukan Italia bagaikan mendapatkan hadiah besar atas penangkapannya itu. Ketabahan seorang Omar Mukhtar selama di penjara agaknya menyentuh hati para petugas penjara. Para sipir itu mengisahkan bahwa hari demi hari dilalui Omar Mukhtar dengan membaca ayat-ayat suci Al Qur’an.

Tiga hari setelah penangkapannya, Omar Mukhtar diadili, dan diputuskan bersalah oleh pengadilan Italia. Pada tanggal 14 September 1931, sang mujahid tua ini dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung, yang mana hal ini menimbulkan perdebatan di antara para sejarawan yang mempertanyakan di mana sisi keadilan dari pengadilan ini. Ketika Omar Mukhtar diberi kesempatan untuk mengeluarkan kata-kata terakhir, ia berkata : “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un (Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya kami akan dikembalikan).” Omar Mukhtar digantung di depan para pengikutnya di kamp konsentrasi di Suluq, dan ia mengakhiri hidupnya di usia 70 tahun. Pihak Italia sangat berharap, dengan kematian Omar Mukhtar ini, berakhir pulalah perlawanan para gerilyawan Libya.

Anda bisa melihat wajah Omar Mukhtar pada lembaran 10 Dinar Libya.

Anda juga bisa melihat perjuangan seorang Omar Mukhtar di film “Lion of the Dessert”, produksi 1981 yang dibintangi oleh Anthony Quinn, Oliver Reed, dan Irene Papas (Suer kisanak … aku nangis waktu lihat adegan detik-detik Omar Mukhtar dieksekusi .. Hu Huu Huuuw!!!)

Pada tahun 2009, pemimpin Libya, Muammar Khadafi, memasang foto Omar Mukhtar yang tergantung di dadanya pada saat kunjungan kenegaraan ke Roma, Italia. Putra Omar Mukhtar ikut serta dalam kunjungan itu.

Dengan adanya pemberontakan Libya sejak 17 Februari 2011, maka figur Omar Mukhtar sekali lagi menjadi simbol pemersatu bagi rakyat Libya, di mana foto-fotonya menghiasi bendera dan poster dalam gerakan pembebasan Libya. Pasukan pemberontak menamai salah satu dari brigade mereka dengan nama “Omar Mukhtar Brigade.”

Saat ini, Omar Mukhtar adalah figur yang paling dikenang dan dihormati oleh rakyat Libya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar